Totally Physical Response (TPR)
Total
Physical Response adalah salah satu pendekatan dan metode yang dikembangkan
oleh Dr. James J Asher. TPR sudah diterapkan selama hampir 30 tahun. Metode ini
mencoba uruk memusatkan
perhatian yang mendorong siswa untuk mendengarkan dan merespon target
bahasa perintah yang
diucapkan oleh guru. Dengan kata lain, TPR adalah metode pembelajaran bahasa
yang membangun koordinasi antara ucapan dan tindakan. TPR mencoba untuk mengajarkan bahasa melalui
aktivitas fisik.[1]
Total
Physical Response adalah “metode alami” karena Asher memandang bahwa belajar bahasa
pertama dan kedua sebagai proses pararel. Dia berpendapat bahwa pengajaran
bahasa kedua harus mencerminkan proses naturalistik sebagaimana pembelajaran
bahwa pertama. Untuk alasan ini, ada tiga proses utama:
1. Kompetensi,
yakni sebelum siswa mengembangkan kemampuan untuk berbicara, terlebih dahulu
siswa diajak untuk mengembangkan kemampuan mendengarkan.
2. Kemampuan
anak dalam pemahaman mendengarkan diperoleh karena siswa perlu merespon secara
fisik perintah yang diucapkan secara lisan.
3. Ketika
pemahaman dalam mendegarkan telah dikuasai maka pembelajaran bahasa kedua akan
berkembang secara alami.
Asher
percaya bahwa sangatlah penting untuk mengajarkan bahasa asing pada anak
sebagaimana mereka belajar bahasa asli mereka. Dengan kata lain, TPR dirancang
berdasarkan cara siswa belajar bahasa ibu mereka. Dalam hal ini, TPR menganggap
bahwa belajar terbaik adalah ketika kita terlibat aktif dan memahami apa yang
di dengar. (Haynes, 2004; Larsen-Freeman, 1986; Linse, 2005).
Sedangkan menurut
Larsen dan Diane dalam Technique and Principles in Language
Teaching, TPR atau disebut juga ”the comprehension approach” atau
pendekatan pemahaman yaitu suatu metode pendekatan bahasa asing dengan
instruksi atau perintah.
Total
Physical Response (TPR)
juga merupakan sebuah teknik dalam pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk memperoleh kosa kata bahasa Inggris baru dengan mendengarkan dan melaksanakan
kalimat perintah. Dalam aktivitas TPR, siswa tidak diharuskan
untuk berbicara. Guru memberikan perintah-perintah dan dengan terus menerus
mengulangnya dan meninjau mereka sampai siswa dapat melaksanakan
perintah-perintah tersebut tanpa kesulitan. Siswa lebih menyukai dan merasa
berhasil ketika guru memberikan dukungan yang tetap dan mencontohkan juga menghilangkan
tekanan pada siswa untuk berbicara dengan kata-kata yang baru.
Meskipun
TPR dapat digunakan pada siswa dalam semua level, namun TPR ini sangat berguna
baik untuk siswa yang masih memiliki pemahaman yang kurang dalam bahasa Inggris
ataupun yang tidak memahaminya sama sekali. Karena dalam TPR ini yang akan
dilakukan adalah pengucapan sekaligus tindakan. Oleh karena itu dalam TPR
sangat penting menggunakan gestur dan ekspresi wajah.
Pertama
di ajarkan perintah-perintah gerakan
tubuh sederhana dan tidak menggunakan alat peraga (simple body movements and
no props), seperti stand up, sit
down, walk, and turn around. Dimulai dengan such basic commands atau
berbagai perintah dasar memberikan siswa sebuah perasaan yang terbuka untuk
pencapaian dan membantu siswa menjadi segera nyaman dengan TPR.
Untuk
selanjutnya, siswa dapat menggunakan kegiatan TPR lainnya dimana mereka
berinteraksi dengan alat peraga dan orang-orang di lingkungan belajar. Contoh
perintahnya adalah touch the, point
to, pick up, put down, and give me. Hal ini sangat berguna untuk
mengajarkan kedua nama benda yang ada digambar maupun benda-benda yang ada di
lingkungan sekitar, beberapa di antaranya mungkin ada di luar jangkauan.
Kita
juga dapat menggunakan TPR untuk tujuan berikut:
1. Untuk
meninjau dan memperkuat Kosta kata yang teh diajarkan menggunakan metode
non-TPR.
2. Sebagai
“catch-up” pada awal pembelajaran untuk kepentingan siswa yang melewatkan
pelajaran sebelumnya di mana materi baru diperkenalkan.
3. Untuk
memberikan siswa perasaan yang menyenangkan dan santai selama pembelajaran.
A. Karakteristik Total Physical Response
Hal yang paling menonjol dalam aktivitas kelas yang
menggunakan metode pembelajaran TPR adalah ada pada bentuk latihan-latihan
kalimat perintah. Latihan-latihan tersebut secara khusus dilengkapi untuk tindakan-tindakan
fisik dan aktivitas siswa. Dalam hal ini, siswa bermain peran utama; seorang
pendengar dan penampil. Mereka mendengarkan dengan seksama perintah-perintah
yang diucapkan oleh guru dan merespon dengan aktivitas fisik. Siswa harus
memberikan respon baik secara individual maupun bersama-sama; mereka memiliki
sedikit pengaruh pada isi pembelajaran sebanyak. Strategi dari TPR yaitu siswa
mendengarkan perintah dalam bahasa asing dan dengan segera diikuti dengan aktivitas
fisik.
Larson-Freeman
menyatakan bahwa pada saat tahap pertama metode TPR, guru bertindak sebagai
model atau contoh. Guru dapat memberikan instruksi pada beberapa siswa dan
kemudian mencontohkan dan mempraktekkannya di hadapan siswa agar para siswa
dapat memahami instruksi yang diberikan dan dapat mengikuti. Pada tahap kedua
para siswa dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pahami dari
perintah-perintah yang tadi sudah diberikan dengan teman-temannya sendiri.
Kemudian pada tahap ketika para siswa mengerti, memahami serta dapat merespon
perintah-perintah dengan respon fisik, para siswa dapat be;ajar lebih jauh
untuk membaca dan menulisnya, hingga pada saat siswa sudah siap untuk
berbicara, mereka bisa menjadi orang yang memberikan intruksi atau perintah.[2]
Pertama-tama
guru memberikan contoh dengan mengucapkan satu ungkapan perintah sambil
melakukan aktivitas yang ada dalam perintah , misalnya “Stand up” maka selagi
mengucapkan guru juga akan berdiri. Selanjutnya siswa diminta mengikuti, dan
kegiatan itupun berulang. Setelah itu guru memberikan perintah baru misal turn
around maka siswa segera mengikuti ungkapan perintah yang dikatakan oleh guru
tanpa mengucapkan apapun. Pada saat yang lain ungkapan perintah dilakukan
secara lebih kompleks (lebih dari satu perintah), misal stop, jump, stop, turn
around, walk, stop, jump, stop, turn around, sit down. Setelah itu guru dapat
merubah urutan kata-kata perintah tadi secara acak dan sedikit lebih cepat,
diulang sampai siswa benar-benar memahaminya.[3]
B. Kelebihan dan Kekurangan dari Total Physical
Response
TPR
memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yakni:
1. Kelebihan
dari total physical response
a. It is a lot of fun (sangat
menyenangkan). Siswa akan merasa senang, dan metode ini bisa menjadi penggerak
yang nyata di dalam kelas. TPR akan menjadi daya angkat langkah dan suasana
hati.
b. It is very memorable
(sangat mengesankan). Karena TPR membantu siswa untuk mengenal
ungkapan-ungkapan dan kata-kata.
c. It is good for kinaesthetic learners who are
required to be active in the class ( baik untuk
kinestetik siswa yang diperlukan untuk menjadi aktif di dalam kelas ).
d. It can be used both in large or small classes (
Dapat digunakan baik di dalam kelas yang besar maupun kelas yang kecil). Dalam hal
ini, tidak menjadi masalah seberapa banyak siswa yang kita miliki sepanjang kita
mempersiapkan untuk menjadi pemimpin, siswa akan mengikuti.
e. It works well with mixed-ability classes,
(TPR bekerja dengan baik dengan kelas kemampuan campuran), dengan
aktivitas fisik akan mendapatkan makna yang menyeluruh secara efektif sehingga
semua siswa mampu memahami dan menerapkan target bahasa tersebut.
f. It is no need to have a lot of preparation or
materials using the TPR ( Tidak membutuhkan banyak
persiapan atau material dalam menggunaan TPR). Dalam hal ini, sepanjang kita
mampu menguasai apa yang akan dipraktekkan )berlatih terlebih dahulu), itu
tidak akan mengambil banyak waktu untuk memulai.
g. It is very effective with teenagers and young
learners (Sangat efektif bagi remaja dan anak-anak).
h. It involves both left and right-brained learning
(Melibatkan pembelajaran otak kanan dan kiri).
2. Kekurangan
total physical respons
a. Siswa
yang tidak terbiasa, misalnya karena latar belakang budaya, melakukan tindakan
tertentu (yang diungkapkan kata kerja yang dipelajari) akan merasa malu
melakonkannya. Hal seperti cenderung ditemukan pada siswa dewasa
b. TPR
hanya benar-benar cocok untuk tingkat pemula. Sementara, jelas bahwa hal itu
jauh lebih bermanfaat di tingkat bawah karena bahasa target cocok untuk
kegiatan, meskipun dapat pula berhasil diterapkan di tingkat menengah dan
lanjutan. Dalam hal ini yang penting adalah adaptasi bahasa yang sesuai. Misal,
ketika mengajar 'ways of walking' (stumble/tersandung, stagger/terhuyung-huyung,
and tiptoe/berjinjit) untuk kelas lanjutan dan kata kerja memasak
untuk kelas menengah (whisk/mengocok, setir/mengaduk, and
grate/parut).
c. TPR
tidak fleksibel untuk mengajarkan segala sesuatu dan jika banyak digunakan itu
akan menjadi berulang. Metode ini adalah cara yang menyenangkan untuk mengubah
dinamika dan kecepatan pelajaran yang digunakan dalam hubungannya dengan metode
dan teknik. Singkatnya, TPR harus dikombinasikan dengan yang lainnya karena
membutuhkan banyak energi sehingga siswa tidak merasa lelah belajar bahasa.;
d. Ketika
seorang guru menggunakan TPR dalam pelajaran mereka, mereka akan mengalami
kesulitan mengajarkan kosakata abstrak atau ekspresi. Sebagai solusi, guru
dapat menulis kata pada kartu dengan gambar jika ada. kelemahan lain adalah
bahwa TPR dapat menjadi tidak efektif jika guru menggunakannya untuk jangka
waktu yang panjang tanpa beralih dengan kegiatan lain yang membantu mengajarkan
bahasa target. Karena TPR terdiri dari kata perintah, jadi cenderung
mengabaikan narasi, deskripsi, dan bentuk-bentuk percakapan bahasa. [4]
C. Penerapan Total Physical Response
Total Physical Response
(TPR) dapat digunakan untuk belajar dan berlatih begitu banyak hal, seperti:
a. Vocabulary connected with actions (smile, chop,
headache, wriggle) atau Kosta kata yang berhubungan dengan
berbagai tindakan (senyum, memukul, sakit kepala).
b. Grammatival items, including tenses
past/present/future and continuous aspects (Every morning I clean my teeth, I
make my bed, I eat breakfast) atau materi grammar,
termasuk aspek tenses past/present/future and continuous ( setiap hari
saya membersihkan gigi saya, saya sarapan),
c. Classroom language (Open your books)
atau bahasa kelas ( buka bukumu).
d. Imperatives/Instructions (Stand up, close you eyes)
atau kalimat perintah/ instruksi ( berdiri, tutup matamu).
e. Story Telling atau bercerita
Kita
dapat dengan mudah menggunakan TPR dalam rutinitas sehari-hari di dalam kelas.
TPR dapat digunakan anak-anak untuk merespon salam dan beberapa pertanyaan,
seperti: How are you? Dengan a thumbs up or Down. Mendorong anak untuk
mengenali dan merespon instruksi kelas yang sederhana dan gerak tubuh, dengan
melakukan hal-hal seperti: touch, hands up/down, stand up, find, sit down,
open/close your books. Kita juga dapat membuat asosiasi visual dengan
kata-kata yang dapat membuat mereka belajar dan meniru, kata yang diucapkan
yakni kata-kata deskriptif, seperti big, happy, small sad.
TPR juga dapat diterapkan melalui Games atau
permainan. Anak-anak sangat suka bermain berbagai permainan. Kita dapat
menerapkannya dalam permainan yang sudah dikenal. Jangan khawatir karena TPR
dapat di sesuaikan dengan kebutuhan kita. Di antara Games yang dapat digunakan
yaitu:
1. Simon Says : can be adapted to
body words, action words and objects students can touch (or not touch)/ ,
2. Chain Games Building on Action with Beach
progressive Child
3. Charades-miming and guessing words using picture or
words cards.
Selain
menggunakan Games, TPR juga dapat diaplikasikan menggunakan lagu. Dengan sedikit
imajinasi, kita dapat mengubah unsur-unsur dari
kebanyakan lagu anak-anak ke dalam Action Songs dan membangun
elemen TPR. Yang paling penting adalah
anak-anak memahami arti dari lagu tersebut. Hal ini juga berguna untuk memilih
lagu-lagu sederhana yang berulang, sehingga mereka dapat mengetahui lebih dulu
struktur lagu dan berpartisipasi secara penuh. Lagu-lagu yang mudah di ingat
atau mengesankan membantu anak dalam menciptakan link mental pada kata-kata dan
makna. Anak-anak akan mengingat lagu yang mereka sukai untuk waktu yang lama.
TPR
juga dapat diterapkan dalam TPR stories (cerita), anak-anak dapat
berpartisipasi dalam cerita yang menggunakan TPR dengan beberapa teknik
sederhana, mereka dapat:
1. Meniru
cerita yang dibaca/ dimainkan pada perangkat audio
2. Melakukan
tindakan pra-susun pada ilustrasi kunci / bingkai dari cerita. Tindakan ini
akan membuat cerita menjadi lebih hidup dan membantu anak-anak
menginternalisasi bahasa.[5]
D. The Basic Steps in TPR (Langkah-langkah
dasar dalam TPR)
1. Pilih
ungkapan-ungkapan perintah (dan Kosta kata) yang akan diajarkan.
2. Sebelum
sesi pembelajaran, buatlah daftar
lengkap ungkapan-ungkapan perintah yang kita rencanakan untuk diajarkan kepada
mereka. (Daftar tersebut menyajikan rekaman dari apa yang kita ajarkan, dan
akan membantu kamu merencanakan aktivitas tinjauan untuk pembelajaran
berikutnya. Daftar tersebut juga penting ketika bekerja dengan siswa lanjutan
yang akan belajar ungkapan perintah yang lebih panjang dan lebih kompleks.
Daftar itu akan memungkinkan kita untuk mengulang instruksi yang persis dalam
kasus siswa yang meminta kita melakukannya).
3. Mengumpulkan
semua alat-alat, atau gambar yang diperlukan untuk mengatur konteks atau
ilustrasi dalam menggambarkan makna dari ungkapan-ungkapan perintah
4. Jika kita bekerja dengan sebuah grup, pilih
dua atau tiga siswa untuk demonstrasi.
5. Mengajar
dengan ungkapan-ungkapan perintah:
a. Model
tindakan kita ketika memberikan perintah pertama. Ketika kita melakukan ini,
gunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah untuk membantu siswa memahami apa yang
kita ingin mereka lakukan.
b. Melakukan
aktivitas fisik dengan siswa beberapa kali, dan memberikan perintah setiap kali
kita melakukan tindakan.
c. Memberikan
perintah tanpa melakukan aktivitas.
d. Melakukannya
kembali ketika siswa mengalami kesulitan.
e. Mengulangi
langkah a-d untuk setiap perintah kita saat merencanakan untuk mengajar.
Sebelum memperkenalkan setiap perintah baru, perlu meninjau perintah yang telah kita diajarkan. Tinjau mereka dalam
urutan yang sama saat kita mengajar mereka.
f. Terakhir
meninjau semua perintah secara acak.
6. Pilihan
untuk siswa lanjutan:
Teach the students to
read the commands they have just learned. Use the following steps:
a. Menulis
setiap perintah pada kartu yang terpisah.
b. tampilkan
dan bacalah perintah pertama dengan keras seperti model tindakan kita.
c. Tampilkan
dan bacalah perintah yang sama keras seperti yang kita lakukan saat aktivitas
dengan siswa.
d. Tampilkan
kartu tanpa membaca atau. Siswa hanya
melakukannya dengan gesture (Mereka tidak harus membaca kartu suara
keras).
e. Ulangi
langkah ini dengan masing-masing kartu. Sebelum memperkenalkan setiap kartu
baru, meninjau perintah tertulis yang kita telah diajarkan. Tinjau mereka dalam
urutan yang sama ketika kita mengajar
mereka.
f. Akhirnya,
mencampur kartu dan meninjau perintah dalam urutan acak..[6]
Here are sample materials
used in TPR:
1. Sample
Materials 1:
Context
: Teaching Vocabulary 1
New
words : blue, yellow, green, orange,
brown, grey, purple, black, white, card, to pick up
Preparation : A number of small coloured cards, one of
more cards on every pupil's desk, a set of cards on a central desk.
Procedures : a. The
teacher picks up cards one by one and says what colour they are. A blue card.
An orange card. A yellow card. A red card. A brown card. A grey card. A purple
card. A black card. A white card. A green card. Red. Blue. Purple.
b.
The teacher
gives commands to the class. Who's got a red card? Show it to me. Who's got a
blue card? Show it to me. Who's got a yellow card? Show it to me.
c.
The teacher
invites individual pupils to come out to the central desk. Devi, pick up a
purple card and show it to the class. Show the class a black card. Show the
class a green card. Show the class a grey card. Ridwan. [7]
[1] Handoyo Puji
Widodo. Teaching
Children Using a Total Physical Response (TPR) Method: Rethinking. Diakses
melalui http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Teaching-Children-Using-a-Total-Physical-Response-TPR-Method-Rethinking-Handoyo-Puji-Widodo.pdf. Politeknik
Negeri Jember.2009.hlm 237. Pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 15.18 WIB.
[2]
Diane Larsen & Freeman. Techniques
and Principles in Language Teaching. Oxford: Oxford University Press. 1986.hlm 118
[3] Diane Larsen & Freeman. Techniques
and Principles in Language Teaching. UK: Oxpord universitas Press. 2000.
hlm 109.
[4] Handoyo Puji Widodo. Teaching Children
Using a Total Physical Response (TPR) Method: Rethinking. Diakses
melalui http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Teaching-Children-Using-a-Total-Physical-Response-TPR-Method-Rethinking-Handoyo-Puji-Widodo.pdf. Politeknik
Negeri Jember. hlm 237-24. Pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 15.18 WIB.
[5] Leone Dyson. Children
Learning English as a Foreign Language : Total Physical Response in Pre-primary
Language Learning. Diakses melalui: http://www.pearsonlongman.com/.../ae/.../TPR-in-pre-primary-language-teaching.pdf?WT.
Pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 15.30 WIB.
[6] How to Use Total Physical
Response in ESL Instruction. ProLiteracy Information Center. www.nevadaadulteducation.org/nvrb/HowToUseTotalTPRinESL.pdf. Pada tanggal
16 Desember 2016 pukul 16.00 WIB.
[7] Handoyo Puji Widodo. Teaching Children
Using a Total Physical Response (TPR) Method: Rethinking. Diakses
melalui http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2009/10/Teaching-Children-Using-a-Total-Physical-Response-TPR-Method-Rethinking-Handoyo-Puji-Widodo.pdf. Politeknik
Negeri Jember.2009. hlm 241-242. Pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 15.18 WIB.
Komentar
Posting Komentar